9/12/2009

Pre Eklampsia Ringan


Kriteria diagnostik pre eklampsia ringan :
1. Desakan darah 140/90 - 160/110 mmHg; kenaikan darah sistolik 30 mmHg atau
lebih dan kenaikan darah diastolik 15 mmHg atau lebih, tidak dimasukkan
dalam kriteria diagnostik pre eklampsia tetapi perlu observasi yang cermat.
2. Proteinuria 300 mg/24 jam atau lebih jumlah urin atau dipstick +1 atau lebih.
3. Edema : lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria diagnostik kecuali
anasarka.

Pengelolaan pre eklampsia ringan dapat secara :
1. Rawat jalan (ambulatoir)
2. Rawat inap (hospitalisasi)

Pengelolaan secara rawat jalan (ambulatoir) :
1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di
Indonesia tirah baring masih diperlukan.
2. Diet reguler : tidak perlu diet khusus.
3. Vitamin pre natal.
4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam.
5. Tidak perlu pemberian diuretik, antihipertensi dan sedativum.
6. Kunjungan ke rumah sakit setiap minggu.

Pengelolaan secara rawat inap (hospitalisasi) :
1. Indikasi pre eklampsia ringan yang dirawat inap (hospitalisasi)
a. Hipertensi yang menetap selama lebih 2 minggu.
b. Proteinuria yang menetap selama lebih 2 minggu.
c. Hasil tes laboratorium yang abnormal.
d. Adanya gejala atau tanda 1 atau lebih pre eklampsia berat.
2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu
a. Pengukuran desakan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.
b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.
c. Penimbangan berat badan pada saat ibu masuk rumah sakit dan
penimbangan dilakukan tiap hari.
d. Pengamatan dengan cermat gejala pre eklampsia dengan impending
eklampsia :
- Nyeri kepala frontal atau occipital.
- Gangguan visus
- Nyeri kuadran kanan atas perut
- Nyeri epigastrium
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Proteinuria dipstick pada waktu masuk dan minimal diikuti 2 hari setelahnya.
b. Hematokrit dan trombosit 2 kali seminggu.
c. Tes fungsi hepar 2 kali seminggu.
d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat dan BUN.
e. Pengukuran produksi urin setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap).
4. Pemeriksaan kesejahteraan janin
a. Pengamatan gerakan janin setiap hari
b. NST 2 kali seminggu
c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif.
d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG setiap 3-4 minggu.
e. Ultrasound Doppler arteri umbilikalis, arteri uterina.

Terapi medikamentosa :
1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatoar.
2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda pre eklampsia dan umur
kehamilan 37 minggu atau lebih, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari
lalu boleh dipulangkan.

Pengelolaan obstetrik

Tergantung umur kehamilan :
a. Bila penderita tidak inpartu
- Umur kehamilan kurang 37 minggu
Bila tanda dan gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai
aterm.
- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
1. Kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partus.
2. Bila serviks matang pada taksiran tanggal persalinan dapat dipertimbangkan
dilakukan induksi persalinan.
b. Bila penderita sudah inpartu
Perjalanan persalinan dapat diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO.

Selama dirawat di rumah sakit dilakukan konsultasi pada :
1. Bagian penyakit mata
2. Bagian penyakit jantung
3. Bagian lain atas indikasi.

Update : 23 Februari 2006

Sumber :

Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia. Kelompok Kerja Penyusunan Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. Ed. ke-2. 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my facebook

facebook facebook facebook

blog arcive

 

Copyright © 2008 by ilmu bidan

Template by izalee | bloger gembologeni